SEJARAH ATAU ASAL-USUL DESA PURWOKERTO KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR



ASAL-USUL DESA PURWOKERTO
KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR
  Oleh Nur Lailatul Farida


Di atas bumi di bawah langit, sejarah desa mulai bermunculan dengan seribu cerita yang beraneka ragam. Hutan belantara, pohon menjulang tinggi dan hewan yang berkejar-kejaran mulai tersisihkan oleh adanya Penyapu Jagat yang menciptakan mahluk hidup. Di atas tanah seluas 417.12 hektar menyimpan cerita unik, tanah yang memiliki sejarah untuk masyarakatnya.
Desa yang dibangun di atas tanah Negara Indonesia, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Kediri, Kecamatan Ngadiluwih dan akhirnya mendiami Desa Purwokerto. Seorang tokoh masyarakat yang membangun Desa PuRwokerto adalah Ki Seco Montro. Purwo yang memiliki arti permulaan (istilah bahasa jawa wiwitan) sedangkan Kerto memiliki arti ramai (istilah bahasa jawa rame). Dinamakan Puwokerto dengan harapan menjadi desa yang bisa berkembang mulai awal hingga ke depan nantinya. Pada saat itu pula beliau didewakan oleh masyarakat Purwokerto. Sampai pada akhirnya beliau meninggal dunia. Makam yang mulai dikunjungi banyak masyarakat setempat dan masyarkat luas desa ini di jaga oleh juru kunci yang bernama Mbah Nah dan Milan.
Waktu terus berjalan, sebuah patung dibuat oleh masyarakat untuk menghormati beliau. Patung yang memiliki nama jawa Reco ini diberi nama Mbah Djo Montro. Sepeninggalan Ki Seco Montro mulai muncul kesenian Tiban, yaitu ritual rakyat yang meminta hujan dengan cara memandikan patung Mbah Djo Montro yang dilakukan setiap tanggal 1 suro oleh perangkat desa dengan menyediakan 1 ayam dan pisang raja. Patung Mbah Djo Montro diletakkan di dekat ruang pertemuan rakyat (semacam balai desa). Bekas air mandi Mbah Djo Montro tersebut digunakan untuk minum dan membasuh muka. Namun, setelah perkembangan zaman kesenian Tiban mulai terdapat perbedaan tata cara perlakuan yaitu dengan mencambukkan tali ke tubuh orang yang jadi pemeran utama.
Dari Ki Seco Montro wafat digantikan oleh Lurah Demang, Lurah Kaji, Wongso Nuk, Wongso Bako, Bapak Taman, Bapak Mustoarjo  dan Bapak Sumadi bearkhir tahun 1965. Kepala Desa Purwokerto tersebut dipilih tanpa suara rakyat atau tanpa adanya pemilihan umum.
Setelah terjadi perubahan dan waktu semakin lama berkembang itu, dilakukanlah pemilihan pertama Kepala Desa Purwokerto dengan suara masyarakat. Waktu itu yang terpillih adalah seorang laki-laki yang bernama Djastam Martodipuro.
Sekitar tahun 1965 patung Mbah Djo Montro yang didewakan tersebut diinstruksikan untuk dipendam karena diajaran Islam menyembah patung adalah perbuatan musyrik. Mayoritas masyarakat Desa Purwokerto beragama Islam dengan 2 iklim sama layaknya Negara Indonesia. Patung Mbah Djo Montro kini telah dipendam di Pasar Kebo yang masih dalam Desa Purwokerto.
Desa Purwokerto yang berbatasan langsung dengan Desa Rembang Kepuh sebelah Utara, Desa Dukuh sebelah Timur, Desa Branggahan sebelah Selatan, dan Desa Ngadiluwih sebelah Barat.
Dari 16 desa di wilayah Kecamatan Ngadiluwih ini Desa Purwokerto berkembang pesat di bawah pimpinan Djastam Martodipura, yang dapat dikenang dari Kepala Desa Djastam Martodipura adalah Jalan Tamtama yang sekarang menjadi Lapangan Tamtama. Rumah-rumah masyarakat menyebar luas mendiami tanah Purwokerto, barisan gedung sekolah mulai berceceran, kantor kecamatan dan balai desa mulai diperbaiki, kantor post  memperindah pemandangan Desa Purwokerto.
Tahun 1966 atau 1967 Desa purwokerto mengadakan pemilihan kembali dengan mengusung Pemimpin bernama Sumadi, tapi hal itu tak berjalan lama karena terindikasi dengan kondisi politik saat itu. Politik yang sedang kisruh, tergoncang-gancing kuat dengan jajahan yang tak bertanggungjawab. Penjabat atau orang kayalah yang menjadi incaran jajahan di Desa Purwokerto dengan cara membunuh orang-orang tersebut.
Kemudian digantikan kembali oleh Djastam Martodipuro yang berakhir pada tahun 1977, beliau memimpin sekitar 15 tahun dalam perhitungan masa waktu. Tahun 1978 digantikan oleh Bapak Suratmin Sastro Supadmo yang berhenti ditahun 1991, pimpinan dipegang oleh Bapak Sumardi yang berakhir tahun 1999. Pada tahun 1995 atau 1996 jalanan Desa Purwokerto mulai diperbaiki yang semula hanya tanah berdebu sebutir menyebar luas kini telah diperlebar, tak hanya itu kantor bank pertama yang mendiami di Desa Purwokerto adalah Kantor Kas Bank BRI yang kemudian disusul dengan gedung-gedung lainnya.
Tahun 1982-1985 Desa Purwokerto terbuktikan bahwa telah berkembang tiga tahun berturut-turut berhasil menjadi juara desa tingkat Provinsi. Dari kejuaraan itulah Desa Purwokerto mendapatkan hadiah pengaspalan jalan di jalan-jalan protocol. Saat ini Kepala Desa Puwokerto adalah Bapak Drs. H Lamidi.

Komentar

  1. Artikel yang sangat keren, nihh

    BalasHapus
  2. Iya, terimakasih banyak kak. Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  3. mantap mas, bisa agendakan kita ketemu saya pengen ketemu dan diskusi langsung dengan penulis blog ini. ini nomor saya 087853731913. saya sangat senang jikalau bisa bertemu dan diskusi santai mengenai desa tempat saya tinggal. terima kasih dan salam sehat

    BalasHapus
  4. Jadi lurah ditahun 1965 bernama sumadi ya kak?

    BalasHapus

Posting Komentar