QRIS : Inovasi dan Digitalisasi Menuju Smart City Melalui Pembayaran Non-Tunai

 QRIS : Inovasi dan Digitalisasi Menuju Smart City Melalui Pembayaran Non-Tunai


Sumber : dokumen pribadi

        Kedekatan generasi milenial dengan dunia “kopi kekinian” menjadi moment yang sangat dinikmati dengan tersisihnya uang koin dan berakhir pada pembulatan nominal yang terkadang membuat hati merasa risau.

        Kejadian itulah yang menyebabkan antrian panjang yang tidak cepat selesai. Hanya karena sebuah peristiwa yang sangat mengelitik “Dimana ada lima generasi milenial yang berbaris untuk melakukan pembayaran atas pesanannya. Orang pertama, berjalan dengan lancar karena uang yang dimiliki cukup untuk nominal yang dihabiskan untuk pemesanan. Orang kedua begitu juga, berjalan dengan lancar karena dari rumah telah menghitung jumlah nominal yang akan dihabiskan. Orang ketiga, mulai terdapat gangguan. Gangguan kecil, menghabiskan nominal Rp 20.700,00 uang yang diberikan sejumlah Rp 50.000,00 dan si penjual kopi punya pengembaliannya. Orang keempat, menjengkelkan. Hanya menghabiskan nominal Rp 10.200,00 tapi uang yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00. Dengan begitu, si penjual kopi mulai keluar untuk mencari uang tukaran. Dan orang kelima tambah parah, bagaimana tidak uangnya Rp 100.000,00 eh ternyata indikasi uang palsu. Pelanggan merasa risau dan khawatir, jika hal ini terulang kembali.”

        Permasalahan ini muncul dikarenakan kurangnya pilihan sistem pembayaran yang ditawarkan oleh pihak terkait, penjual atau penyedia jasa layanan. Tidak hanya itu, berbagai permasalahan kecil yang kerap kali singgah di mata masyarakat Indonesia seperti uang receh atau uang koin yang dianggap tidak penting akan berimbas penting jika dikumpulkan secara teratur untuk disedekahkan.

Lalu bagaimana strategi yang diterapkan untuk menyelesaikan masalah sistem pembayaran yang ada di Indonesia?

        Gambaran permasalahan di atas selaras dengan solusi yang ditawarkan oleh perkembangan dunia yaitu Smart City. Smart City merupakan sebuah konsep kota yang mengandalkan teknologi infomasi komunikasi, dan teknologi internet untuk mengelola aset kota yang dimiliki. Dengan begitu, tidak heran jika Indonesia ikut berpartisipasi untuk mengembangkan konsep Smart City dengan program yang diusung yaitu Gerakan Menuju 100 Smart City. Di samping itu tentunya membutuhkan dorongan dari semua pihak khusunya masyarakat untuk selalu berusaha mengubah pola fikir agar lebih terbuka terhadap kemajuan teknologi dalam mengembangkan Smart City untuk menyelesaikan permasalahan sistem pembayaran yang ada di Indonesia. Terlihat jelas peluang emas untuk menerapkan digitalisasi daerah atau konsep Smart City dari pengguna internet Indonesia yang mencapai 196,7 juta jiwa hingga kuartal II 2020, dengan begitu sumber daya yang dimiliki oleh sebuah kota dapat berjalan efisien dan efektif.

Setelah itu, program apa yang diterapkan oleh Bank Indonesia untuk mendukung Konsep Smart City melalui sistem pembayaran?

        Kehadiran teknologi digital yang semakin canggih disambut hangat oleh masyarakat Indonesia, hal itu terbukti dari munculnya star-up digital dengan berbagai jenis tujuan seperti transaksi jual beli, transaksi jasa sampai dengan kebutuhan investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Semua beralih ke aplikasi yang mudah dapat digenggam dalam satu genggaman.

        Selain dari sisi masyarakat yang ikut andil, Bank Indonesia telah meluncurkan sistem pembayaran non-tunai dengan standart Quick Response atau yang sering disebut QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sebagai salah satu bentuk implementasi Visi Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 sekaligus dorongan untuk mewujudkan program Smart City melalui pembayaran non-tunai yang termuat dalam konsep Smart Economy dengan mengimplementasikan cashless. Tidak hanya itu, untuk mengenalkan lebih jauh terkait pentingnya digitalisasi ekonomi dan keuangan digital khusunya pembayaran digital menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) Bank Indonesia bersama Menko Perekonomian menyelenggarakan FEKDI (Festival Ekonomi dan Keungan Digital).

Dimana QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang diluncurkan sejak 17 Agustus 2019 oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) ini digunakan untuk melakukan pembayaran melalui dompet elektronik, aplikasi uang elektronik server based ataupun mobile banking. Untuk lebih jelasnya dikutip dari laman bi.go.id/QRIS, saat ini QRIS telah memiliki tiga jenis penggunaan pembayaran yaitu :

  1. Merchant Presented Mode (MPM) Statis

MPM Statis ini sangat cocok untuk pelaku usaha mikro dan kecil, karena penggunanya yang tergolong mudah yaitu merchant cukup memajang satu stiker atau print-out RIS yang didapat gratis saat pendaftaran dan pengguna hanya cukup melakukan scan, memasukan nominal, memasukan PIN dan klik bayar.


  1. Merchant Presented Mode (MPM) Dinamis

MPM Dinamis ini cocok untuk pelaku usaha berskala menengah dan besar dengan volume transaksi yang tinggi. Dimana QR akan keluar melalui suatu device seperti mesin EDC atau smartphone. Merchant akan memasukkan nominal pembayaran terlebih dahulu, kemudian pengguna atau pelanggan melakukan scan QRIS yang akan tampil.


  1. Customer Presented Mode (CPM)

CPM ini diperuntukan bagi pengguna yang membutuhkan kecepatan transaksi yang tinggi seperti penyedia ritel modern, penyedia transportasi atau parkir. Dimana pengguna akan menunjukkan QRIS yang akan ditampilkan dari aplikasi pembayaran pelanggan untuk discan oleh merchant.

 

        Bank Indonesia menyambut new normal dengan mengusung semangat prinsip bersifat contactless yaitu “Cemumuah” (Cepat, Mudah, Murah, Aman, dan Handal) yang tidak jauh berbeda dari karakteristik QRIS Unggul (Universal, Gampang, Untung dan Langsung) dengan harapan dan dorongan penerapan QRIS dapat digunakan untuk semua lini khususnya sektor pariwisata termasuk pusat oleh-oleh ataupun restoran hotel, bahkan sampai pedagang kecil di pasar tradisional. Hal itu bertujuan untuk mendorong efisiensi transaksi, memajukan UMKM, mempercepat inklusi keuangan dan digitalisasi daerah yang pada akhirnya akan mengarah ke peningkatan ekonomi Indonesia.

  1. Cepat, dikatakan cepat karena dengan menggunakan QRIS pelanggan atau pengguna tidak perlu mengeluarkan uang dari dompet, cukup dengan scan QR Code dan transaksi pembayaran yang diinginkan akan terselesaikan.
  2. Mudah, dikatakan mudah karena QRIS dapat mencakup semua jenis dompet digital ataupun aplikasi digital. Sehingga, satu QR Code cukup untuk digunakan semua transaksi.
  3. Murah, dikatakan murah karena bertransaksi menggunakan QRIS tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. Biaya yang dikeluarkan untuk transaksi atau MDR (Merchant Discount Rate) sebesar 0,7%, SPBU 0,4%, sektor pendidikan 0,6% dan sektor donasi gratis.
  4. Aman, dikatakan aman karena semua Penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) QRIS sudah memiliki izin dan diawasi oleh Bank Indonesia, selain itu pula dengan adanya QRIS dapat meminimalisir beredarnya uang palsu.
  5. Handal, dikatakan handal karena dapat diandal oleh merchant ataupun pelanggan. Dimana setiap merchant tidak perlu menyediakan uang kembalian, cukup menunggu catatan transaksi yang otomatis akan dibuat oleh penyelenggara dan hal itu pastinya akan mempermudah pelaku usaha untuk melakukan pencatatan transaksi masuk dan keluar. Dan untuk setiap pelanggan tidak perlu merasa khawatir untuk QR Code dompet digital mana yang terpasang.

        Kemudian pengoptimalan menuju Smart City ini membutuhkan kerjasama yang kuat dari semua lapisan. Sehingga, dengan adanya QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) untuk menuju program Smart City melalui Smart Economy ini akan memecahkan masalah ekonomi untuk membuka akses yang luas dalam meningkatkan peluang masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi yang lebih produktif, berkelanjutan yang dijalankan secara efektif dan efisien.

        Sudah terhapus secara otomatis permasalahan antrian panjang, mencari penukaran uang kembalian ataupun kejahatan pelaku pemalsuan uang. Gunakan dengan bijak setiap kehadiran teknologi baru, terutama sistem pembayaran non-tunai yang akan membuat masyarakat cenderung lebih konsumtif karena penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang “Cemumuah” (Cepat, Mudah, Murah, Aman, dan Handal) ini. Bijaklah dalam menggunakan uang terhadap perkembangan teknologi keuangan yang ada di Indonesia .

 

Komentar